Menghargai Perintis: Hikmah di Balik Konflik dalam Pendirian Sekolah Islam

Assalamu'alaikum

D. Kusumah


   Dalam proses mendirikan sekolah berbasis Islam, banyak pihak sering melupakan peran penting seorang perintis. Padahal, seorang perintis tidak hanya sekadar pemilik ide, tetapi juga individu yang telah Allah pilih dan amanahi ilmu, pengalaman, serta visi untuk membangun lembaga pendidikan yang membawa keberkahan. Sayangnya, perjalanan ini tidak selalu berjalan mulus.  

   Setelah beberapa tahun berjalan, konflik internal sering kali muncul, mencakup perebutan kekuasaan, saling menjatuhkan, hingga kasak-kusuk yang merusak suasana. Situasi ini tidak hanya melibatkan tim pengelola, tetapi juga yayasan, segelintir orang tua siswa, dan bahkan beberapa guru yang menyalahgunakan posisi mereka. Hasud, manipulasi, dan intrik demi jabatan, harta, atau ketenaran sering kali menjadi latar belakangnya. Ironisnya, semua ini terjadi di lingkungan yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan amanah.  


Peran Perintis yang Kerap Terabaikan 


   Seorang perintis adalah sosok yang memulai segalanya dari nol, mengorbankan waktu, tenaga, bahkan harta untuk merealisasikan sebuah visi besar. Dengan latar belakang pendidikan tinggi, pengalaman puluhan tahun di dunia pendidikan, serta keberhasilan mendirikan beberapa lembaga sebelumnya, perintis memiliki otoritas moral dan intelektual untuk memimpin lembaga yang dibangun.  

   Namun, kenyataan menunjukkan bahwa sering kali perintis justru menjadi korban dalam dinamika internal. Mereka yang baru bergabung atau tidak memahami visi besar lembaga mulai mendikte, meremehkan, atau bahkan mencari-cari kesalahan perintis. Upaya ini terkadang didukung oleh kelompok yang bekerja secara diam-diam, dengan tujuan mengambil alih kendali lembaga demi kepentingan pribadi.  

   Tindakan semacam ini tidak hanya mencederai amanah yang telah diberikan Allah kepada perintis, tetapi juga berpotensi meruntuhkan fondasi yang telah dibangun dengan susah payah. Dalam Islam, kedudukan seseorang yang berilmu dan berpengalaman sangat dihormati, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:  


“...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...” (QS. Al-Mujadilah: 11).  


Merendahkan, menyingkirkan, atau bahkan menzalimi perintis adalah bentuk ketidakadilan yang bertentangan dengan ajaran Islam.  


Refleksi Bagi Semua Pihak yang Terlibat 

1. Menghormati Peran Perintis sebagai Amanah Allah  

   Perintis adalah individu yang dipilih Allah untuk mengemban tugas besar, bukan karena kebetulan, tetapi karena ilmu, pengalaman, dan kesungguhan yang dimilikinya. Menghormati perintis bukan sekadar bentuk apresiasi, tetapi juga wujud penghormatan terhadap amanah Allah.  

2. Menghindari Konflik dengan Menanamkan Keikhlasan  

   Konflik sering muncul akibat hilangnya keikhlasan dalam hati. Semua pihak yang terlibat harus terus mengingat bahwa tujuan akhir dari lembaga pendidikan Islam adalah mendidik generasi yang bertakwa. Ambisi pribadi, baik berupa jabatan, harta, atau pengaruh, harus dikesampingkan demi menjaga keberkahan lembaga.  

3. Membangun Komunikasi yang Transparan  

   Ketidakpahaman atau miskomunikasi sering kali menjadi pemicu konflik. Oleh karena itu, penting bagi seluruh elemen lembaga untuk membangun komunikasi yang terbuka dan transparan. Setiap keputusan harus didasarkan pada musyawarah yang mengutamakan kepentingan bersama.  

4. Menyelesaikan Konflik dengan Bijak  

   Ketika konflik terjadi, hendaknya diselesaikan dengan cara yang adil dan bijaksana. Islam mengajarkan untuk mengutamakan ishlah (perdamaian) daripada memperpanjang perselisihan. Perintis, sebagai sosok yang memiliki visi besar, harus diberikan ruang untuk memimpin mediasi dan menetapkan arah kebijakan yang terbaik bagi lembaga.  

5. Menguatkan Landasan Nilai-Nilai Islam  

   Setiap individu yang terlibat harus diingatkan kembali akan nilai-nilai Islam yang menjadi landasan lembaga. Hasud, kebohongan, dan intrik adalah perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam. Firman Allah dalam QS. An-Nisa: 58 menegaskan pentingnya menempatkan amanah kepada ahlinya:  

   “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya...”  

6. Mengapresiasi Keberhasilan yang Telah Diraih 

   Keberhasilan lembaga tidak lepas dari peran besar perintis. Mengapresiasi jerih payah dan pengorbanan perintis adalah bentuk penghormatan yang layak diberikan. Penghargaan ini bukan hanya untuk perintis secara pribadi, tetapi juga untuk menegaskan pentingnya menjaga amanah dalam setiap langkah.   

   Konflik dalam pengelolaan sekolah berbasis Islam sering kali menjadi ujian bagi semua pihak yang terlibat. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki peran masing-masing yang harus dihormati, terutama perintis yang telah memulai langkah besar ini. Menghargai perintis adalah bagian dari menjaga amanah yang Allah berikan kepada kita semua.  

   Dengan menanamkan keikhlasan, membangun komunikasi yang baik, serta menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, konflik dapat diatasi, dan lembaga dapat terus berjalan sesuai dengan visi besar yang telah direncanakan. Semoga setiap langkah yang diambil menjadi bagian dari amal jariyah yang membawa keberkahan bagi semua pihak.  

wallahu 'almu bi ash-Shawwab

Komentar

Postingan Populer