Pemimpin Berilmu dan Berpengalaman vs Pemimpin yang Minim Ilmu dan Pengalaman



Assalamu 'alaikum

D. Kusumah

   Dalam dunia kepemimpinan, baik dalam bidang pendidikan maupun organisasi lainnya, ada dua tipe pemimpin yang sering kali kita temui: pemimpin yang memiliki segudang ilmu dan pengalaman, dan pemimpin yang minim ilmu serta pengalaman. Kedua tipe ini, meskipun sama-sama bisa mengambil keputusan, namun cara mereka mengambil keputusan dan dampaknya terhadap organisasi bisa sangat berbeda.

   Pemimpin yang memiliki ilmu yang luas serta pengalaman yang panjang, misalnya dengan gelar pendidikan tinggi dan pengalaman bertahun-tahun dalam bidang tertentu, biasanya lebih mampu membuat keputusan yang tepat dan terukur. Ilmu yang mereka miliki memberikan landasan teori yang kokoh dalam mengambil keputusan. Pengalaman yang sudah banyak mereka lalui menambah kepekaan mereka terhadap dinamika yang mungkin terjadi dalam setiap keputusan yang diambil. Dalam konteks pendidikan, misalnya, pemimpin yang berilmu dan berpengalaman akan lebih bisa memahami tantangan yang dihadapi oleh pengelola sekolah dan dapat memberikan solusi yang tepat berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

   Sebaliknya, pemimpin yang hanya mengandalkan pengalaman tanpa dasar ilmu yang kuat cenderung mengambil keputusan berdasarkan apa yang sudah mereka alami sebelumnya tanpa memahami secara mendalam prinsip atau teori yang relevan. Terkadang, mereka hanya mengandalkan intuisi dan pengalaman pribadi yang terbatas, yang bisa berisiko karena kurangnya panduan teori yang jelas. Dalam hal ini, mereka mungkin hanya "mencoba-coba" atau membuat keputusan berdasarkan pola yang mereka anggap bekerja di masa lalu, namun tanpa adanya analisis yang memadai.

   Secara teoritis, dalam Islam, ketika seseorang berijtihad (berusaha mengambil keputusan atau pendapat dalam masalah yang tidak ada nashnya secara langsung), mereka bisa mendapatkan pahala jika berusaha sebaik mungkin, meskipun keputusan yang diambil ternyata salah. Namun, dalam kasus pemimpin yang tidak memiliki ilmu yang cukup, berijtihad meskipun benar bisa tetap dianggap sebagai suatu bentuk kesalahan karena tidak memiliki landasan ilmu yang kokoh. Dalam konteks ini, mereka yang berusaha memimpin tanpa dasar ilmu yang kuat bisa dianggap bersalah, meskipun hasil akhirnya benar, karena mereka tidak memiliki kewenangan atau pengetahuan yang memadai untuk membuat keputusan tersebut.

   Ini sangat relevan dalam kepemimpinan, di mana keputusan yang diambil bisa berdampak jangka panjang terhadap keberlangsungan organisasi. Pemimpin yang berilmu dan berpengalaman tidak hanya mengandalkan keputusan yang mereka anggap benar secara pribadi, tetapi mereka mempertimbangkan berbagai faktor yang lebih luas dan lebih terstruktur, yang mana hal ini tidak selalu bisa dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki ilmu dan pengalaman yang memadai.

   Lebih jauh lagi, dalam konteks kepemimpinan di sekolah atau organisasi yang melibatkan yayasan, ketergantungan terhadap keputusan yayasan juga menjadi faktor penting. Seorang pemimpin yang terbiasa mengambil keputusan sendiri dengan ilmu dan pengalaman yang dimiliki tentu akan lebih mandiri dalam menjalankan tugasnya. Berbeda dengan pemimpin yang terlalu tergantung pada keputusan pihak luar, seperti yayasan, untuk urusan yang seharusnya bisa diambil secara mandiri oleh pemimpin tersebut. Ketergantungan ini justru bisa membatasi kemampuan pemimpin dalam membuat keputusan yang tepat dan menghambat perkembangan organisasi.

   Dalam hal ini, pemimpin yang memiliki ilmu dan pengalaman memiliki otoritas untuk mengambil keputusan tanpa harus menunggu persetujuan pihak lain untuk setiap langkah yang diambil. Sebaliknya, pemimpin yang minim pengalaman dan ilmu lebih cenderung menunggu arahan dari pihak yayasan atau pihak luar, yang akhirnya bisa menyebabkan kebingungan di tingkat bawah karena keputusan-keputusan yang diambil terasa lambat dan tidak efektif.

   kepemimpinan yang efektif membutuhkan kombinasi antara ilmu dan pengalaman. Pemimpin yang memiliki ilmu dan pengalaman akan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan lebih mampu mengarahkan organisasi ke arah yang benar. Sebaliknya, pemimpin yang kurang berilmu dan minim pengalaman akan lebih berisiko dalam mengambil keputusan dan cenderung tergantung pada pihak luar, yang dapat menghambat kemajuan organisasi dan membingungkan anggota yang dipimpinnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih pemimpin yang memiliki dasar ilmu yang kuat dan pengalaman yang cukup untuk memastikan keputusan-keputusan yang diambil dapat membawa kebaikan bagi semua pihak. 

 wallahu 'alamu 

Komentar

Postingan Populer