Mengapa Masa Nabi Muhammad ﷺ Terasa Lebih Dekat Dibandingkan Majapahit?
D. Kusumah
Assalamu'alaikum
Dalam persepsi banyak orang, masa Nabi Muhammad ﷺ yang terjadi sekitar 1400 tahun lalu sering terasa lebih dekat dibandingkan dengan Majapahit yang sebenarnya lebih muda, hanya sekitar 700 tahun lalu. Padahal, secara objektif, Majapahit seharusnya terasa lebih dekat dengan kita. Mengapa bisa terjadi perbedaan persepsi ini? Berikut beberapa faktor yang memengaruhi cara kita memandang sejarah.
1. Kedekatan Spiritual dan Keimanan
Sebagai seorang Muslim, kehidupan sehari-hari kita dipenuhi dengan ajaran Islam yang langsung bersumber dari Nabi Muhammad ﷺ. Kita membaca Al-Qur’an, hadis, sirah, dan berbagai kitab ulama yang menyambungkan kita dengan generasi awal Islam.
Misalnya, setiap kali kita membaca hadis atau kisah perjuangan Nabi, kita merasa seolah-olah sedang berinteraksi langsung dengan beliau. Hal ini membuat masa Nabi terasa hidup dalam hati kita, seolah-olah beliau baru saja wafat kemarin.
Sebaliknya, Majapahit tidak memiliki hubungan spiritual dengan kehidupan kita sehari-hari. Kerajaan ini lebih banyak dikisahkan dalam buku sejarah, bukan dalam ritual atau ibadah yang kita lakukan. Akibatnya, Majapahit terasa seperti bagian dari masa lalu yang jauh dan asing.
2. Kesinambungan Sejarah Islam vs. Sejarah Majapahit
Sejarah Islam memiliki kesinambungan yang jelas dari masa Nabi ﷺ hingga saat ini. Ilmu Islam diwariskan melalui sanad keilmuan yang tidak terputus. Sanad ini memastikan bahwa ajaran Nabi ﷺ tetap hidup dari generasi ke generasi.
Misalnya:
- Hadis-hadis Nabi ﷺ masih diajarkan oleh ulama dengan sanad yang bersambung langsung hingga Rasulullah ﷺ.
- Kitab-kitab ulama dari berbagai abad masih digunakan dalam pendidikan Islam hingga sekarang.
- Tradisi ibadah, seperti shalat, puasa, dan haji, tetap dijalankan dengan cara yang sama sejak masa Nabi ﷺ.
Sebaliknya, sejarah Majapahit tidak memiliki kesinambungan yang kuat. Kerajaan ini runtuh dan tidak ada komunitas yang secara langsung meneruskan tradisinya. Sebagian besar pengetahuan kita tentang Majapahit hanya berasal dari prasasti, kitab kuno, dan penelitian arkeologi. Akibatnya, Majapahit terasa lebih jauh, karena tidak ada kesinambungan yang langsung kita rasakan dalam kehidupan modern.
3. Persepsi Waktu: Jarak yang Sama, Tetapi Terasa Berbeda
Secara objektif, Nabi Muhammad ﷺ hidup sekitar 1400 tahun lalu, sedangkan Majapahit mencapai puncaknya sekitar 700 tahun lalu. Secara waktu, Majapahit jauh lebih dekat dengan kita.
Namun, karena kita selalu mengingat dan menghidupkan kisah-kisah Nabi ﷺ, masa beliau terasa seperti baru kemarin. Sementara itu, karena Majapahit jarang dibahas dalam kehidupan sehari-hari, ia terasa lebih kuno dan jauh di masa lalu.
4. Pengaruh Pendidikan dan Budaya
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, sejarah Majapahit sering dikaitkan dengan masa sebelum Islam berkembang di Nusantara. Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan Hindu-Buddha yang akhirnya runtuh dan digantikan oleh kerajaan Islam.
Karena diceritakan sebagai bagian dari masa "sebelum Islam" di Indonesia, kita cenderung menganggapnya sebagai sesuatu yang lebih kuno, padahal secara waktu lebih muda dibandingkan masa Nabi ﷺ.
Singkat Kata:
- Masa Nabi terasa lebih dekat karena kita sering membaca, mengamalkan ajarannya, dan ada kesinambungan sejarah melalui ulama dan sanad ilmu.
- Majapahit terasa kuno karena sejarahnya lebih terputus dan tidak memiliki kesinambungan dalam kehidupan kita.
- Secara waktu, Majapahit lebih dekat dengan kita dibandingkan masa Nabi, tetapi persepsi kita membuatnya terasa lebih jauh.
Inilah alasan mengapa kita merasa masa Nabi Muhammad ﷺ seperti baru terjadi kemarin, sementara Majapahit terasa seperti zaman purbakala yang jauh sekali.
.jpeg)

Komentar
Posting Komentar