Mekanisme Kooperasi Alam Semesta: Keteraturan yang Dijaga dan Kekacauan yang Diciptakan
Alam semesta ini tidak berjalan secara kebetulan, tetapi dalam sebuah sistem yang sangat teratur. Setiap elemen di dalamnya memiliki mekanisme yang saling mendukung satu sama lain, membentuk sebuah keseimbangan yang telah Allah tetapkan. Jika keteraturan ini dijaga, kehidupan akan berjalan dengan baik dan harmonis. Namun, ketika manusia mengacaukannya, dampaknya adalah kehancuran, baik dalam skala kecil maupun besar.
Allah menciptakan alam dengan hukum-hukum yang pasti. Planet-planet beredar dalam orbitnya dengan ketelitian yang luar biasa. Matahari dan bulan terbit dan tenggelam pada waktunya tanpa ada keterlambatan. Air di lautan menguap, membentuk awan, lalu turun kembali sebagai hujan dalam siklus yang sempurna. Segala sesuatu bekerja dalam harmoni yang menakjubkan, menunjukkan kebesaran dan kebijaksanaan Sang Pencipta. Namun, ketika keseimbangan ini dirusak, bencana pun terjadi. Manusia yang merusak hutan secara sembarangan, membuang sampah sembarangan, dan mengubah tata ruang kota tanpa memperhatikan keseimbangan alam, akhirnya harus menghadapi banjir yang melumpuhkan kehidupannya sendiri. Apa yang seharusnya menjadi rahmat berupa hujan, berubah menjadi bencana karena ulah tangan manusia.
Keteraturan juga terlihat dalam tubuh manusia. Setiap organ memiliki tugasnya masing-masing, bekerja dengan keserasian yang luar biasa. Jantung memompa darah tanpa henti, paru-paru memastikan pasokan oksigen, otak mengatur setiap gerakan dan pikiran. Seluruh sistem ini tunduk pada hukum yang Allah tetapkan. Namun, ketika ada gangguan dalam satu bagian saja—seperti penyumbatan pembuluh darah akibat pola hidup yang tidak sehat—stroke bisa terjadi, melumpuhkan tubuh dan bahkan mengancam nyawa. Begitulah kehidupan ini berjalan. Jika sebuah sistem dibiarkan rusak tanpa diperbaiki, maka kehancuran hanya tinggal menunggu waktu.
Sayangnya, manusia sering kali tidak mengambil pelajaran dari keteraturan ini. Dalam kehidupan sosial, kekacauan terjadi ketika aturan yang seharusnya dijaga malah dilanggar. Di jalan raya, satu orang yang melanggar aturan bisa menyebabkan kemacetan yang panjang, bahkan kecelakaan yang merenggut nyawa. Dalam sistem pemerintahan, korupsi dan keserakahan segelintir orang bisa menghancurkan ekonomi sebuah negara, menyengsarakan rakyat, dan menciptakan ketimpangan sosial yang semakin tajam. Dalam dunia pendidikan, ketika orang yang bukan ahlinya ikut mengatur dan memaksakan kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan generasi, maka hasilnya adalah rusaknya sistem yang seharusnya mencerdaskan. Kurikulum berubah bukan berdasarkan ilmu dan kebutuhan, tetapi karena kepentingan sesaat. Guru kehilangan kewibawaannya, siswa kehilangan semangat belajarnya, dan pada akhirnya, pendidikan yang seharusnya melahirkan generasi yang cerdas dan berakhlak malah menghasilkan kebingungan dan kehilangan arah.
Lebih parah lagi, kekacauan juga merambah dalam urusan adab. Hilangnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, lunturnya sikap santun dalam berbicara, serta semakin langkanya sifat rendah hati adalah tanda bahwa manusia semakin jauh dari keteraturan yang Allah tetapkan. Padahal, peradaban besar tidak dibangun hanya dengan ilmu, tetapi juga dengan adab yang kokoh. Ilmu tanpa adab akan melahirkan orang-orang cerdas yang arogan, sementara adab tanpa ilmu hanya akan menciptakan kebodohan yang penuh kepalsuan. Keduanya harus berjalan seiring, sebagaimana alam semesta yang bekerja dalam keseimbangan yang sempurna.
Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rum: 41)
Ayat ini menjadi peringatan bahwa segala bentuk kekacauan yang terjadi bukan karena alam semesta kehilangan keteraturannya, tetapi karena manusia sendiri yang mengacaukannya. Alam tidak pernah ingkar terhadap ketetapan Allah, tetapi manusialah yang sering kali melampaui batas. Jika ingin melihat kehidupan yang lebih baik, maka satu-satunya jalan adalah kembali kepada aturan yang telah Allah tetapkan.
Maka, marilah kita merenungkan, apakah kita sedang menjadi bagian dari keteraturan yang menjaga keseimbangan, atau justru menjadi bagian dari kekacauan yang merusaknya? Semoga kita termasuk dalam golongan yang senantiasa berusaha menjaga keharmonisan yang telah Allah ciptakan, bukan menjadi penyebab kerusakan yang membawa kehancuran.
Wallahu'alam bishawwab.
.jpg)
.jpeg)

Komentar
Posting Komentar