Keikhlasan Guru dan Tanggung Jawab Menghargai Guru



D. Kusumah

Assalamu’alaikum

   Di Indonesia, kesejahteraan guru masih menjadi masalah besar. Banyak guru yang telah mengajar selama bertahun-tahun, bahkan belasan tahun, namun masih menerima gaji yang sangat minim. Ada yang hanya mendapatkan Rp50.000 hingga Rp250.000 per bulan. Bahkan di sekolah-sekolah yang memungut biaya pendidikan tinggi, gaji guru masih berkisar Rp700.000 hingga Rp2.500.000 per bulan. Sementara itu, ada pula guru yang sudah mengajar lebih dari satu dekade tetapi hanya mendapat Rp5 juta per bulan. Angka ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak.

   Ketika isu ini diangkat, sering kali muncul dalih bahwa guru harus bekerja dengan ikhlas. Seolah-olah keikhlasan berarti mereka tidak perlu menuntut haknya. Padahal, keikhlasan adalah urusan pribadi antara guru dan Allah, bukan sesuatu yang bisa dijadikan alasan oleh manusia untuk mengabaikan tanggung jawab menggaji mereka dengan layak. Rasulullah sendiri telah mengajarkan bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan upahnya sebelum keringatnya mengering. Jika Islam mengajarkan keadilan dalam menggaji pekerja, maka tidak ada alasan untuk mengabaikan hak guru yang telah mencurahkan ilmu dan tenaga mereka untuk mendidik generasi masa depan.

   Namun, jika memang seseorang tidak memiliki keikhlasan, bisa jadi meskipun digaji besar, mereka tidak akan mau mengajar. Tapi kenyataannya, para guru tetap mengajar dengan segala keterbatasan karena mereka memiliki jiwa pengabdian, baik sebagai muslim maupun sebagai warga negara yang peduli terhadap pendidikan. Mereka tetap menjalankan amanah mengajar, meski dengan gaji yang tak memadai, karena semangat mereka untuk mendidik dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang.

   Masalah ini semakin diperparah dengan banyaknya orang tua yang ingin pendidikan terbaik untuk anak mereka, tetapi berharap sekolah gratis atau semurah mungkin. Mereka menginginkan guru yang berdedikasi, profesional, dan berkualitas tinggi, tetapi di sisi lain tidak mau berkontribusi dalam kesejahteraan mereka. Seakan-akan pendidikan yang berkualitas bisa berjalan dengan sendirinya tanpa memperhatikan nasib orang-orang yang menjadi tulang punggungnya. Ini adalah ketidakadilan yang nyata. Bagaimana mungkin kita mengharapkan kualitas pendidikan yang unggul jika guru tidak diberikan penghargaan yang layak?

   Negara-negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, seperti Finlandia, memahami bahwa kesejahteraan guru adalah kunci utama keberhasilan pendidikan. Guru di sana mendapatkan gaji yang layak, fasilitas yang memadai, serta kesempatan untuk terus berkembang. Hasilnya? Mereka bisa fokus sepenuhnya dalam mengajar, tanpa perlu memikirkan bagaimana cara mencukupi kebutuhan hidup mereka.

   Masyarakat dan pemerintah harus menyadari bahwa menghargai guru bukan hanya dengan kata-kata manis, tetapi dengan tindakan nyata. Menuntut keikhlasan guru tanpa memenuhi hak mereka adalah bentuk kezaliman. Pendidikan yang baik tidak bisa lahir dari sistem yang memperlakukan guru secara tidak adil. Jika kita ingin membangun bangsa yang maju dan beradab, maka sudah saatnya kita memastikan bahwa guru mendapatkan hak mereka sebagaimana mestinya.

   Lebih luas lagi, jika ditinjau dari persepsi yang lebih dalam, bisa jadi masalah ini bukan sekadar kelalaian, tetapi bagian dari skenario besar untuk menjadikan bangsa Indonesia tetap tertinggal. Dengan memberikan gaji yang seminimal mungkin bagi guru, diharapkan pendidikan Indonesia tidak berkualitas, sehingga bangsa ini akan jauh dari keberhasilan dan tetap menjadi negara yang bisa dikendalikan oleh bangsa lain yang lebih kuat. Pendidikan yang lemah akan membuat rakyat tidak kritis dan mudah dikuasai, sementara ekonomi yang sulit akan membuat mereka terus berada dalam ketergantungan. Jika ini benar adanya, maka sudah saatnya kita sadar dan berjuang agar bangsa ini tidak terus-menerus berada dalam lingkaran ketidakadilan dan eksploitasi.

Jangan sibuk mengurusi keikhlasan guru sementara keikhlasan diri sendiri dalam menunaikan hak mereka masih diabaikan.

Wallahu’alam bish Showwab

Silahkan Kunjungi Googlesite Kami

Komentar

Postingan Populer